 Nitrik oksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida--ketiganya gas  beracun--sedang diteliti kegunaannya dalam penanganan berbagai penyakit.
Nitrik oksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida--ketiganya gas  beracun--sedang diteliti kegunaannya dalam penanganan berbagai penyakit.
Ketiga  gas beracun itu bisa dihasilkan oleh pabrik serta kendaraan bermotor.  Akan tetapi, Dr. Mark Gladwin, seorang spesialis paru-paru dan peneliti  dari University of Pittsburg Medical Center, mengatakan kalau penelitian  terhadap ketiga gas tersebut sudah lama dilakukan. Para peneliti  berusaha mencari kegunaan ketiganya dalam terapi.
Gladwin  menjelaskan kalau ketiga gas beracun tersebut juga menjadi bahan kimia  penting bagi tubuh, "ketika berada dalam dosis rendah," katanya.  Ketiganya termasuk gaseotransmitter yang menurunkan tekanan darah, mencegah peradangan, serta mengatur penggunaan oksigen.
Cara  kerja nitrik oksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida dalam tubuh  mirip dengan hormon. Setelah mereka masuk ke dalam sel, mereka  mengaktifkan protein. Protein yang diaktifkan mengaktifkan dan  menonaktifkan protein lain. Informasi yang dibawa diteruskan dari  protein ke protein lain seperti efek domino. Hasilnya bisa berbentuk  energi dari sebuah sel atau aktifnya sebuah gen. Gaseotransmitter juga berfungsi untuk membuka membran sel sehingga molekul pembawa energi bisa masuk dan mengubah metabolisme sel.
Nitrik  oksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida memiliki fungsi yang  serupa. Demikian dijelaskan oleh David Lefer, ahli fisiologi  kardiovaskular dari Emory University School of Medicine di Atlanta,  Amerika  Serikat. "Nitrik oksida-lah gaseotransmitter utama. Kedua gas lain merupakan cadangan," jelasnya.
Nitrik  oksida bisa memperlebar pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun.  Sejak tahun 1999, dokter menggunakan gas ini untuk menolong bayi yang  lahir dengan tekanan darah yang tinggi di paru-paru. Saat ini para  peneliti tengah mencari kemungkinan penggunaan nitrik oksida untuk  terapi bagi penderita anemia sel sabit (sickle cell anemia), gagal jantung, serta pengobatan untuk luka luar.
Karbon  dioksida sering digunakan dalam organ donor, seperti donor ginjal.  Sistem kekebalan tubuh sering menyerang organ tubuh baru, termasuk  ginjal. Akibatnya, terjadi peradangan. Karbon dioksida sering digunakan  untuk mencegah peradangan.
Hidrogen sulfida termasuk gas baru dalam gaseotransmitter.  Dalam percobaan dengan hewan kecil seperti cacing dan tikus. Tapi  percobaan belum berhasil pada hewan yang lebih besar. Ini yang membuat  Lefer kurang yakin kalau hidrogen sulfida bisa bekerja pada manusia.
Hidrogen  sulfida memperlambat produksi energi pada sel. Dengan metabolisme yang  sangat rendah, mendekati hibernasi, organ bisa bertahan lama dengan  jumlah oksigen yang sangat sedikit. Lefer berharap hidrogen sulfida  dapat dipakai untuk para korban gagal jantung sehingga organ tubuh lain  bisa bertahan lebih lama meskipun suplai oksigennya terhambat.
Karena tingkat racun pada gaseotransmitter sangat  tinggi, para ilmuwan sangat berhati-hati pada saat penelitian. Mereka  lebih berharap bakal ditemukannya obat yang memiliki fungsi serupa namun  tidak berbahaya dan lebih nyaman pada pasien. Para ilmuwan juga  khawatir dengan efek samping yang mungkin dihasilkan.
Akan  tetapi, Gladwin menjelaskan, beberapa efek samping mungkin  menguntungkan. Ia mengambil contoh kasus: viagra merupakan sebuah obat  yang memanfaatkan efek samping obat penambah tekanan darah.



 

 Categories :
 Categories :  
 

 

0 komentar:
Posting Komentar